Museum Kerajaan Maritim Akan Dibangun

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana mendirikan museum kerajaan maritim terkait banyaknya desakan berbagai kalangan agar pemerintah tidak menjual artefak-artefak berharga yang berhasil diangkat dari dasar laut.
"Kementerian Kelautan dan Perikanan mengajukan proposal untuk membangun museum di daerah yang memiliki sejarah kerajaan maritim, seperti Demak, Goa, dan Sriwijaya," kata Plt Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sudirman Saad, di Jakarta, Selasa (4/5/2010).
 
Menurut Sudirman, beberapa pemerintah daerah memang ada yang meminta agar artefak yang diambil dari perairan di wilayahnya dapat diberikan kepada daerah dan disimpan di museum.
Beberapa daerah yang memang memiliki sejarah kerajaan maritim bahkan meminta agar museum kerajaan maritim tersebut dapat dibangun di daerah mereka.   
Ia mengatakan, potensi kekayaan dasar laut Indonesia berupa artefak berusia hingga ribuan tahun sangat besar. Namun, belum ada angka definitif yang akurat terkait seluruh benda berharga asal kapal tenggelam (BMKT) tersebut.
Data KKP menyebutkan bahwa terdapat sekitar 493 titik kapal karam yang berisi BMKT. Titik-titik ini tersebar di seluruh perairan Indonesia. Namun, UNESCO menyebutkan bahwa ada lebih dari 3.000 titik kapal tenggelam yang berisi BMKT di perairan Indonesia.
Periset Pusat Penelitan Arkeologi Nasional, Nanik HW mengatakan, scientific value dari sejarah kerajaan-kerajaan maritim Indonesia selama ini hanya berasal dari sumber tertulis. Pengangkatan artefak-artefak berusia ribuan tahun dari dasar laut akan menjadi bukti sekaligus melengkapi bukti-bukti pendistribusian barang-barang pada masa lampau.
Ia membenarkan, ada pula ilmuwan yang beranggapan bahwa benda-benda berharga tersebut harus tetap berada di dasar laut. Namun, pada dasarnya penemuan tersebut dapat melengkapi sejarah tentang perdagangan Nusantara yang selama ini lebih banyak didapat dari bukti-bukti tertulis.
Benda-benda berharga seperti cula badak yang terdapat dalam kapal karam dari abad ke-10 yang ditemukan di perairan utara Cirebon telah menjelaskan bahwa potensi alam Indonesia pada masa lalu sudah sangat besar. Adanya keramik asal China hingga 24 keping "rock crystal" dari Dinasti Fatimid yang berkuasa pada tahun 909 hingga 1171 di Maghreb (sekarang Maroko) dan hanya terdapat 40 keping di dunia menunjukkan betapa luasnya jaringan Nusantara di Asia Tenggara dan Asia Barat.
Penemuan BMKT di Cirebon hanya merupakan bagian dari bukti sejarah Nusantara karena saat ini masih banyak titik-titik BMKT yang juga disurvei, seperti Belitung Wreck yang dikenal dengan Batu Hitam Shipwreck dan Intan Wreck, yang ternyata mengambil komoditas dari Nusantara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Indonesia telah menjadi kancah perdagangan global berdasarkan hal-hal yang dapat diambil sejak abad ke-9 hingga abad ke-19.
Penemuan BMKT Cirebon pun menunjukkan bahwa antara kerajaan maritim satu dan lainnya di Nusantara saling berhubungan.

 sumber :
http://id.news.yahoo.com/kmps/20100505/tpl-museum-kerajaan-maritim-akan-dibangu-81d2141.html

No comments:

Post a Comment

Custom Search