Ditemukan di Sungai Cicatih Sukabumi sejaman dengan masa pemerintahan Airlangga dari Jawa Timur. Prasasti ini sekarang berada di Museum Nasional Jakarta.
Isi terjemahan prasasti tersebut antaralain adalah sebagai berikut: Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamung hyang kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalian hyang).
Catatan lainnya : Penanggalan prasasti Sanghyang Tapak menunjukkan tanggal 11 Oktober 1030. Menurut naskah Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati berkuasa selama 12 tahun (952 - 964) saka (1030 - 1042 M). Hal yang menarik adalah tulisan prasasti ini menunjukkan gaya tulisan prasasti Jawa Timur. Tidak hanya aksaranya, bahasa, serta gaya bahasanya saja, bahkan gelar kebesaran sang raja sangat mirip dengan nama gelar bangsawan di istana Dharmawangsa. Sri Jayabupati dalam Carita Parahyangan disebut sebagai Prabu Detya Maharaja. Dia adalah raja Kerajaan Sunda ke-20 setelah Tarusbawa.
Prasasti Sanghyang Tapak
3 comments:
Isi terjemahan prasasti tersebut antaralain adalah sebagai berikut:
Piagam persumpahan raja ditulis di atas prasasti keempat (D 98). Terdiri atas 20 baris, sumpah ini memanggil semua kekuatan gaib, dewata (hyang) dari langit dan bumi untuk membantu menjaga dan melindungi mandat sang raja. Siapa saja yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh segenap makhluk halus, mati dengan cara yang mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, ususnya dihancurkan, dan dada dibelah dua. Prasasti ini ditutup dengan kalimat, "I wruhhanta kamung hyang kabeh" (Oh ketahuilah kamu sekalian hyang).
Catatan lainnya : Penanggalan prasasti Sanghyang Tapak menunjukkan tanggal 11 Oktober 1030. Menurut naskah Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati berkuasa selama 12 tahun (952 - 964) saka (1030 - 1042 M). Hal yang menarik adalah tulisan prasasti ini menunjukkan gaya tulisan prasasti Jawa Timur. Tidak hanya aksaranya, bahasa, serta gaya bahasanya saja, bahkan gelar kebesaran sang raja sangat mirip dengan nama gelar bangsawan di istana Dharmawangsa. Sri Jayabupati dalam Carita Parahyangan disebut sebagai Prabu Detya Maharaja. Dia adalah raja Kerajaan Sunda ke-20 setelah Tarusbawa.
sangat bagus ulasan nya, sallam
Post a Comment